18 Januari, 2025 | admin

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda

Peristiwa Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928 merupakan tonggak penting dalam sejarah perjuangan Indonesia. Kongres Pemuda II yang melahirkan ikrar tersebut tidak hanya dihadiri oleh para pemuda, tetapi juga melibatkan peran signifikan dari sejumlah tokoh perempuan. Keterlibatan mereka menunjukkan bahwa semangat persatuan dan nasionalisme tidak mengenal gender. Berikut adalah beberapa tokoh perempuan inspiratif yang berperan dalam Kongres Pemuda II:

1. Poernomowoelan

Poernomowoelan adalah seorang guru dan perwakilan dari Taman Siswa. Dalam Kongres Pemuda II, ia menjadi pembicara pertama yang menyampaikan pandangannya tentang pentingnya pendidikan yang tertib dan disiplin untuk mencerdaskan bangsa. Ia menekankan bahwa anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang baik, baik di sekolah maupun di rumah.

2. Emma Poeradiredja

Emma Poeradiredja menempuh pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan aktif dalam berbagai organisasi perjuangan kemerdekaan serta kesetaraan perempuan. Dalam Kongres Pemuda II, ia menjabat sebagai Ketua Cabang Bandung Jong Islamieten Bond dan memberikan pidato terkait peran perempuan dalam pergerakan. Emma juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota DPR/MPR Indonesia.

Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Sumpah Pemuda

3. Siti Soendari

Siti Soendari adalah adik bungsu dari dr. Soetomo. Ia berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) dari Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1934, sebuah pencapaian yang langka bagi perempuan pada masa itu. Dalam Kongres Pemuda II, Siti berpidato tentang pentingnya menanamkan rasa cinta tanah air pada laki-laki dan perempuan sejak kecil. Pidatonya disampaikan dalam bahasa Belanda dan diterjemahkan oleh Muhammad Yamin.

4. Johanna Masdani Tumbuan

Johanna Masdani Tumbuan, lahir di Amurang, Sulawesi Utara, pada 29 November 1910, adalah anggota Jong Minahasa yang aktif dalam kegiatan sosial. Pada usia 18 tahun, ia turut serta dalam Kongres Pemuda II dan menjadi salah satu perempuan pengikrar Sumpah Pemuda. Setelah kongres, Johanna terus aktif dalam perjuangan kemerdekaan dan menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya.

5. Saridjah Niung (Ibu Soed)

Saridjah Niung, lebih dikenal sebagai Ibu Soed, bukanlah sosok yang aktif dalam pergerakan politik dan kepemudaan, namun kontribusinya dalam memperkenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat signifikan. Ia adalah orang pertama yang menciptakan lagu anak-anak dalam bahasa Indonesia, membantu anak-anak pada masa itu mengenal bahasa persatuan. Selain itu, Ibu Soed mengalunkan biola mengiringi WR Supratman saat mengumandangkan lagu Indonesia Raya dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Mencintai tanah air dan bangsa menjadi poin terpenting dalam Sumpah Pemuda

Selain mengenal tokoh-tokoh perempuan yang berperan dalam Sumpah Pemuda, penting juga untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam ikrar tersebut:

Cinta Tanah Air dan Bangsa: Mencintai tanah air dan bangsa menjadi poin terpenting dalam Sumpah Pemuda. Hal ini tercermin dalam ikrar yang menyatakan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.

Sikap Patriotisme: Para pemuda-pemudi Indonesia rela mengorbankan apapun, termasuk darah dan nyawa, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap ini menguatkan rasa persatuan yang harus terus ditumbuhkan.

Persatuan: Sumpah Pemuda diikuti oleh pemuda-pemudi dari berbagai latar belakang dan penjuru Indonesia. Meski berbeda suku, ras, golongan, dan agama, perbedaan tersebut melebur menjadi satu atas nama persatuan.

Mengutamakan Kepentingan Bangsa: Tujuan Sumpah Pemuda adalah mencapai cita-cita bersama, yaitu bangsa yang bebas dan merdeka. Nilai yang harus dimiliki adalah mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan bangsa.

Peran aktif para tokoh perempuan dalam Kongres Pemuda II menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia melibatkan seluruh elemen masyarakat, tanpa memandang gender. Kontribusi mereka tidak hanya memperkuat semangat persatuan, tetapi juga menegaskan pentingnya peran perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa.

Share: Facebook Twitter Linkedin